Siklus Batuan dan Batuan Beku

Siklus batuan merupakan materi mendasar yang wajib diketahui oleh siswa maupun mahasiswa yang mempelajari tentang kebumian. Mungkin ada beberapa dari kamu yang masih bingung dengan siklus batuan berikut saya berikan ringkasannya yang paling mudah.

Urutan siklus batuan

Urutan siklus batuan

Keterangan:

1. Kristalisasi
2. Pelapukan, erosi, dan terdeposisi
3. Suhu dan Tekanan tinggi
4. Meelting (di lelehkan)
5. Meelting
6. Suhu dan Tekanan tinggi
7. Meelting
8. Pelapukan, erosi terdeposisi

Berdasarkan gambar di atas kita dapat dengan mudah mempelajari siklus batuan. Batuan pada awalnya berasal dari magma yang mengalami kristalisasi membentuk batuan beku. Kemudian batuan beku yang sudah terbentuk ini ada yang kembali menjadi magma dengan proses meelting, menjadi batuan metamorf akibat suhu dan tekanan tinggi dan bisa juga menjadi batuan sedimen melalui pelapukan, erosi, dan deposisi.

Selanjutnya untuk batuan sedimen, batuan ini bisa mengalami dua proses yaitu langsung menjadi magma akibat meelting dan menjadi batuan metamorf akibat proses suhu dan tekanan yang sangat tinggi.

Sedangan batuan metamorf proses terbantuknya bisa dari batuan beku atau dari batuan sedimen akibat suhu dan tekanan yang sangat tinggi. Batuan metamorf ini selanjutnya akan menjadi magma lagi dan ada juga yang menjadi batuan sedimen (apabila mengalami pelapukan dan erosi).

Batuan Beku

Baca juga artikel yang lain tentang batuan beku.

1. TEKTUR BATUAN BEKU

Tekstur batuan beku ditentukan oleh beberapa hal yaitu:

Kristalinitas adalah derajat kristalisasi batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga kristalinitas mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.  Ada tiga jenis derajat kristalinasi:

  1. Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.
  2. Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
  3. Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.

Granularitas yaitu besar butir (ukuran butir) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:

a. Fanerik, Besar kristal-kristal dapat dibedakan satu sama lain dengan mata biasa. Kristal jenis fanerik ini dibedakan menjadi:

  • Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
  • Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
  • Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
  • Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.

b. Afanitik, Besar kristal-kristal tidak dapat dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya.

Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:

a. Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.

b. Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.

c. Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.

Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristal yang membentuk batuan berukuran sama besar.

b. Inequigranular, yaitu sebaliknya. Secara relative ukuran Kristal yang membentuk batuan tidak berukuran sama besar, sebagaian terdiri dari mineral besar dan sebagaian berukuran kecil.

2. TEKTUR BATUAN BEKU

Berdasarkan tempat terbentuknya terdiri dari:

1. Batuan Intrusif (Plutonik)

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dibawah permukaan bumi. Terbagi menjadi 2 yaitu;

  • Konkordan yaitu jenis batuan yang perlapisannya sejajar dengan lapisan di sekitarnya. Terdiri dari: Sill, Lacollith, Lapolith, Paccolith.
  • Diskordan sebaliknya, yaitu tidak sejajar dengan lapisan di sekitarnya. Terdiri dari: Dike, Batolith, Stock

2. Batuan Ekstrusif (Vulkanik)

Adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Struktur batuan ekstrusif yaitu:

  1. Masif (struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat seragam)
  2. Sheeting joint (B.beku yang terlihat sebagai lapisan)
  3. Columnar joint (terpisah polygonal seperti batang pensil)
  4. Lava bantal/Pillow lava (struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal – gumpal)
  5. Vesicular (Struktur yang memperlihatkan lubang-lubang seperti pada batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan)
  6. Amygdaloidal (Struktur vesicular yang kemudian terisi oleh mineral lain. Ex; kalsit, kuarsa dan zeolite)

Orang Geofisika yang sangat tertarik dengan teknologi, mapping, dan blogger. Mempunyai niat pengen selalu berbagi dengan tulisan tapi gak jadi-jadi. Oleh karena itu, saya berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan artikel-artikel yang bermanfaat dan berkualitas tinggi.

Tinggalkan komentar